Kamis, 11 Juni 2015
Oleh
Wina Nur Rahmawati Zulfa*
“Dia,
hanya dia di hidupku”. Itulah salah satu lirik lagu yang ingin diberikan
kepadanya. Teringat saat, ia menangis, bekerja keras, dan selalu memasang raut
wajah yang ceria demi keluarga yang bahagia. Ia rela menderita, dan lelah
ketika membawa sang buah hati dalam kandungannya. Sakit pun harus ia hadapi, ketika
melahirkan anak tercinta, sehingga sang bayi yang tadinya dingin mencicipi
dunia yang baru, menjadi hangat di pelukannya.
Tidak cukup sampai disitu. Ia rela
bangun malam, hanya untuk menggantikan popok yang kotor, menyusui walau itu
sakit, sampai bekerja demi terpenuhinya kebutuhanku. Ia adalah segalanya, dan dia
dapat melakukan segalanya.
Darinya aku mengetahui banyak hal. Dia
mengajarkan berbicara, menyebutkan nama-nama benda, berjalan, dan memberi
contoh dalam melakukan aktivitas yang baik. Tapi saat aku salah, tidak pernah
keluar keluhan atau pun bahasa kasar dalam mulutnya, juga tidak ada kekerasan.
Itu semua karena ketulusannya yang sangat besar.
“Dia, hanya dia di hidupku”. Tak ada kata lain, hanya untuk mengusap
keringatnya, bersikap lembut sepertinya, membayar kerja kerasnya, aku bertekad membuatnya
selalu tersenyum. Karenanyalah, aku ingin
menjadi guru matematika yang dapat mendidik dengan cara yang lembut, cara yang
deterapkan oleh keteguhan hati seseorang dengan membimbing tanpa pamrih. Memang,
banyak orang, termasuk kawan-kawanku yang merasa alergi dengan matematika, bagi
mereka, matematika hanya milik orang-orang pintar, tapi bagiku matematika
adalah jalan untuk berlogika, melatih kemampuan otak dan hati kita dalam
memecahkan beragam masalah. Itulah yang ia tanamkan dalam hatiku.
Ia
selalu menyempatkan waktu untuk mengajariku berhitung, bahkan walaupun aku
sudah merasa bosan, ngantuk, dan lelah, tak pernah ia memaksaku untuk
melanjutkan mengerjakan soal-soalnya. Ia memang selalu punya cara. Di hari
berikutnya, ia berikan soal dengan model berbeda, agar tidak bosan katanya. Kemampuan
itu yang selalu ditularkan hingga mengakar dalam hatiku, walaupun hingga kini,
kemampuan matematikaku tak lebih dari kawan-kawan sekelasku yang pintar, aku
tetap mencitai matematika.
“Ikuti kata hatimu, karena, kata hati yang
paling dalamlah yang benar, dan pilihlah apa yang kamu suka, karena dengan kamu
menyukainya, hambatan apapun akan menjadi mudah.” Nasehat itu yang selalu aku
ingat, sehingga apa yang ku kerjakan terasa ringan tanpa beban. Ia pun tidak
menuntut lebih, hanya kebahagiaan dan kebaikanlah yang ia harap dari ku.
Walaupun
pada akhirnya, apa yang aku perbuat tidak dapat menggantikan semuanya, dan, aku
hanya ingin berdoa ya Allah terima kasih
kau telah menitipkanku pada sosok yang seperti ini, sosok yang sangat
manyayangiku dan peduli denganku.Lindungilah dia dan buatlah dia selalu
bahagia. Amiin.
*
Fakultas : Fakultas Agama Islam
TTL :
Bogor, 21 Mei 1994
No. telp. :
085781124468
0 Comments:
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)